sitisartikah.com

Mengelola Emosi Anak

3 comments
Bismillahirrahmanirrahim,
“Yang terpenting dalam mengelola emosi anak adalah orangtua harus bisa taking care of ourself first karena anak yang pintar kelola emosi dan bahagia terbentuk dari orangtua yang bahagia dan pandai kelola emosi”.
Itulah salah satu panduan utama yang disampaikan oleh Ibu Belinda Agustya, M.Psi.,Psikolog dalam kulwapnya (kuliah whatsapp) dengan tema “Mengelola Emosi Anak” yang diselenggarakan oleh Pihak Homeducation dan RainbowCastle. Kulwap tersebut merupakan fasilitas yang diberikan oleh pihak Homeducation bagi pengikuti program kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak Homeducation.

mengelola emosi anak

Homeducation adalah suatu lembaga yang membantu ibu-ibu untuk dapat menyajikan kurikulum pembelajaran di rumah bagi anak, sesuai dengan usia dan kebutuhan anak. Dasar yang digunakan dalam kurikulum berupa standart kurikulum PAUD dari Diknas, panduan tumbuh kembang anak, kaidah Montessori serta aspek pendukung ilmiah lainnya dari pakar yang tersertifikasi serta menggabungkan kegiatan berbasis permainan.

Homeducation bisa menjadi solusi bagi emak-emak yang bingung ingin berkegiatan apa untuk membersamai si buah hati. Agar selain bermain, kebutuhan perkembangannya pun terpenuhi. Oleh karena itu, saya ikut dalam beberapa program seperti kelas pra membaca, kelas pra menulis, pra matematika dan beberapa program yang dirancang oleh pihak homeducation dan Alhamdulillah merasa sangat tercerahkan dengan mengikuti kegiatannya.

Fasilitas kulwap yang diberikan juga sangat menarik dan penting di ikuti oleh ibuk-ibuk. Terdapat beberapa kulwap dan insya Allah kali ini saya coba meresume kulwap pertama yaitu “Mengelola Emosi Anak” dari psikolog RainbowCastle Ibu Belinda Agustya.

Yukk stay tune terus membaca, semoga ilmu ini dapat tersalurkan dengan baik.
kulwap homeducation

Kenapa Balita Sulit Mengendalikan Emosi?

Faktor Psiologis
Masa balita merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat bagi anak. Dimana otak anak masih berkembang dalam merespon setiap stimulus yang diterimanya. Pada tahap ini, anak berusaha untuk mengeksplorasi segala hal terkait yang ada dilingkungannya. Mereka sedang belajar melihat respon apa yang akan dia peroleh jika melakukan suatu kegiatan.
Faktor psiologis ini yang membuat balita cenderung sulit mengendalikan emosi, karena otaknya yang masih berkembang pesat. Ini merupakan proses yang dilakukan oleh anak agar merekam pola respon yang seharusnya dilakukan.

Masih Belajar Komunikasi Verbal
Pola komunikasi juga merupakan salah satu alasan mengapa balita masih terbilang sulit mengendalikan emosi. Yhaa..karena masa balita, masa dimana anak belajar cara komunikasi verbal. Perbedaan pemahaman dalam komunikasi membuat ketidaknyamanan dalam diri anak, sehingga proses penerimaan maksud informasi tidak tercapai.

Harapan Tidak Sesuai Realita
Balita sedang belajar memahami perasaannya apabila ada hal-hal yang terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Pada fase tersebut balita mencari tau respon terbaik dalam menghadapi kondisi yang tidak sesuai dengan dirinya sehingga membutuhkan arahan yang baik agar emosi yang ada tidak menjadi emosi negative yang berbahaya.

Ada Kebutuhan yang Dirahasiakan Anak
Seperti yang diulas diatas mengenai komunikasi verbal, sehingga ada hal-hal yang belum bisa disampaikan oleh mereka. Hal ini menjadi suatu rahasia tersendiri yang dimilikinya. Dan ini adalah tantangan bagi kita selaku orang tua untuk membantu mendefinisikan kebutuhan apa yang dirasakan oleh anak. Jika hal tersebut dapat terdefinisi dengan baik, maka kita akan mudah membawa anak menuju emosi yang baik.

Lalu seperti apa langkah mengelola emosi anak? Agar terhindari dari emosi negatif dan merespon emosi dengan baik.

Langkah Mengelola Emosi Anak

Ibu Belinda memaparkan langkah mengelola emosi anak dengan bersumber dari Laura Markham. Ada 7 point yang dapat dilakukan untuk dapat meng-guide emosi anak.

1. Bangun Koneksi Anak
Sering sekali kita mendengar bahwa kunci pengasuhan yang baik adalah koneksi yang baik antara anak dan orang tua terutama ibu. Koneksi yang baik membuat anak yakin dan percaya bahwa orang tua-nya adalah salah satu panutan yang harus dia dengar.

2. Akui sudut pandang anak dari berempatilah
Saat pendapat kita ingin diterima dengan baik, maka kita harus memulai dengan berempati terhadap sudut pandang yang dimiliki oleh orang lain. Yang demikian pula berlaku dengan anak, mereka ingin diakui sudut pandangnya dan diterima. Oleh karenanya sebisa mungkin orang tua harus menerima terlebih dahulu sudut pandang anak. Dengan empati anak bisa lebih merasa dihargai dan akan lebih mudah terbuka dalam menerima masukan.

3. Izikan ekspresi emosi, batasi perilaku negative
Semua emosi yang dirasakan ada bentuk ekspresinya, baik marah, kecewa, sedih dan bahagia. Dengan mengakui sudut pandang anak, kita juga mengizinkan anak mengekspresikan bentuk emosi yang dirasakannya, namun perlu digaris bawahi bahwa perlu adanya batasan dalam perilaku negative. Misal saat anak marah atau kesal anak boleh berteriak namun tidak diizinkan untuk memukul atau melukai dirinya.

4. Cari tahu apa yang ia butuhkan sesungguhnya
Langkah dapat dilakukan beriringan dengan proses empati mengenai sudut pandang anak. Dari sini kita dapat menggali sebenarnya apa sih yang diinginkan anak ini, apa sih yang dia inginkan. Pendekatan ini nantinya akan dapat memandu kita dalam langkah selanjutnya.

5. Ajarkan problem solving
Setelah kita tau apa yang kebutuhan anak, apa yang ingin dia pecahkan. Kita bisa menawarkan beberapa cara problem solving yang dapat membantu anak menyalurkan kebutuhannya tadi. Misalkan saat anak marah karena tidak dapat menyusun mainan sesuai dengan yang diharapkan, kita bisa berempati terhadap emosinya dan mencari tau bentuk apa yang diingin, serta kemudian menawarkan alternatif cara.

6. Bermain
Bermain adalah dunia anak. Pendekatan yang menyenangkan bagi anak, sehingga atensi anak akan lebih besar dan mudah menerima informasi yang disampaikan.

7. Regulasi Emosi Pengasuh
Langkah yang harus dilakukan paling awal saat menghadapi lonjakan emosi anak yaitu meregulasi emosi pengasuh dalam hal ini bisa ibu, ayah atau pengasuh anak. Pengasuh dituntut untuk dapat meregulasi terlebih dahulu emosinya. Hal ini dapat dilakukan dengan berdamai dengan inner child.Point ini digambarkan seperti kalau ada situasi emergency di pesawat, siapa yang pakai masker duluan?? Orangtuanya.. artinya orangtua harus "selamat" dulu, baru bisa selamatkan anak.
regulasi emosi

Demikian langkah-langkah yang diuraikan dalam kulwap tersebut. Memang tidak mudah dalam mengelola emosi. Sebagai manusia yang disebut dewasa saja, yaitu orang tua bisa masih salah mengartikan emosi yang dirasakannya, bagaimana dengan anak yang masih belajar mengenal berbagai macam hal.

Namun, Kembali kepada ikhtiar dan doa kita selaku orang tua untuk terus belajar agar dapat memahami anak lebih baik lagi. Saat menjadi orang tua adalah saat belajar bersama-sama dengan anak, merupakan kerja kelompok yang intens. Semoga kita bisa belajar dan menerapkan langkah mengelola emosi anak.

Siti Sartika Hardiyanti
Assalamu'alaikum, Welcome to My Blog Housewife journal berisikan lifestyle parenting, cooking dan book's review. Semoga blog ini bermanfaat yaa, Good reading, Happy mood

Related Posts

3 comments

  1. Kalau badan lelah gitu mau main kok kayaknya butuh effort luar biasa ya, tapi kalau seorang ibu mungkin beda, aku cuma tante yang biasa main sama ponakan 😃

    ReplyDelete
  2. Waaah makasi yaa mbaa tulisannya informatif banget, lengkap..
    Buat aku yang masih pemula, ini bisa jadi pembelajaran bahwa menyikapi emosi anak itu ada ilmunya, gabole asal2an..
    Maa shaa Allah edukatif bgt tulisannya mbaa..

    ReplyDelete
  3. Poin ketiga yang jarang dilakukan yakni Izikan ekspresi emosi, batasi perilaku negative, soalnya emosi identik dengan anak yang marah meledak ledak..peran penting mom/pengasuh menjaga luapan agar tidak mengarah ke hal negative yang susah..:D

    salam kenal Mba siti and sukses selalu

    ReplyDelete

Post a Comment